Masa kecil merupakan masa yang sangat indah dimana waktu
dihabiskan untuk bermain bersama teman-teman. Rasa rindu tumbuh ketika kita
sekarang dihadapkan dengan membosankannya tugas kuliah dan sulitnya mencari
uang. Rasanya ingin kembali ke masa kecil untuk memenuhi kerinduan bermain
permainan-permainan yang mungkin sulit untuk di rasakan saat ini dan bertemu
dengan teman-teman masa kecil
Perkembangan
teknologi banyak sekali manfaatnya bagi kehidupan. Di era digital
saat ini, tidak jarang anak kecil sudah mahir menggunakan smartphone, bahkan
tidak jarang sehari penuh hanya di depan layar gadget tanpa mengetahui dunia
luar. Dampaknya, permainan
tradisional sudah jarang ditemui apalagi di daerah perkotaan. Dahulu waktu
habis bermain petak umpet bersama teman, sekarang waktu habis untuk pacaran.
Dahulu tak kenal waktu mengejar layang-layang, sekarang siang dan malam habis
dengan mobile legend. Membuat sesuatu yang dekat bahkan disisi kita merasa
jauh.
(Sumber : ASIK News.com)
Berdasarkan
catatan Forum Pemberdayaan Perempuan Indonesia, sebanyak 65 persen anak di
Indonesia sudah tak lagi mengenal permainan tradisional. "Situasi ini
muncul sebagai dampak perkembangan teknologi yang masif, serta kurang peran
orang tua dalam mendidik anaknya," kata Ketua Forum Pemberdayaan Perempuan
Indonesia Utari Soekanto.
Kepala
Bidang Fasilitasi dan Peningkatan Kompetensi pada Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Yandri Sakti mengatakan, komunikasi antara orang tua dan anak saat
ini cenderung putus karena masuknya gadget. "Orang tua dan anak saat ini
sama-sama larut dalam dunia gadget”. Karena itu, pola tersebut harus diubah
kembali ke zaman sebelum ada gadget dengan orang tua selalu mendampingi anaknya
bermain permainan tradisional atau permainan yang mendidik. “Sekali pun
orangtuanya adalah wanita karier, orangtua harus terus mengontrol anaknya, dan
meluangkan waktu bagi anak.”
Ketika
Liburan datang, senang rasanya membayangkan serunya kampung halaman.
Meninggalakan sejenak penat di perkotaan. Bertemu orang tua, keluarga,
teman-teman kecil serta desa yang indah kanan kiri membentang sawah dan
perkebunan tanpa gedung-gedung beton tinggi. Apalagi masa ank-anak yang indah
bersama teman-teman.
Permainan layang-layang, desa kami menyebut dengan nama “layangan”,
merupakan satu aktivititas menerbangkan layang-layang tersebut di udara. Pada
musim kemarau di Indonesia anak-anak selalu bermain layang-layang karena
anginnya besar. Ketika musim layang-layang tiba merupakan momen yang sangat dinanti. Teringat
ketika saya memohon pada ibu untuk membelikan layang-layang bahkan tak ada rasa
malu untuk menangis ketika ibu menolak memebelikan layang-layang. Ibu memerintah
untuk belajar dan mengerjakan PR. Namun saya memilih pergi bermain
layang-layang bersama teman-teman di sawah ataupun di tanah lapang. Meski panas
terik membakar kulit hingga jadi hitam tak dihiraukan. Hanya menonton teman
untuk menerbangkan layang-layang sudah sangat menyenangkan, lantas saya menantang
teman-teman untuk mengadu layang-layang mereka. Ketika salah satu layang-layang
putus kami berlarian mengejar tak jarang salah satu dari kami jatuh di
persawahan dan merusak tanaman warga. Pulang dengan baju kotor compang-camping
penuh dengan lumpur dan akhirnya terkena marah ibu.
(Sumber : Kompasiana.com)
Tak hanya
itu, sore harinya dihabiskan lagi untuk bermain. Terkadang petak umpet, kadang
juga sepak bola. Saya sangat benci ketika menjadi bagian jaga pada permainan
petak umpet. Diawali memejamkan mata atau
berbalik sambil berhitung, lalu yang lain mencari tempat bersembunyi
yang sebelum permainan dibuat aturan batas wilayah bersembunyi, akan tetapi
mereka seenaknya melewati wilayah batas
sampai saya tidak bisa menemukan keberadaan mereka. Lucunya, saya ”mutung” dalam bahasa Indonesia berarti
ngambek tidak mau bermain lagi. Tapi labilnya di kemudian hari mau ketika
diajak untuk bermain lagi seakan lupa dengan yang terjadi yang terjadi kemaren.
Permainan
yang paling saya sukai dari permainan lain yaitu kelereng. Kami menyebutnya
dengan permainan “Setinan”. Permainan kelereng adalah permainan yang
menggunakan bola kelereng ( di beberapa tempat disebut “gundu”). Kelereng biasa dimainkan secara berjamaah oleh
anak-anak. Dibutuhkan setidaknya 2 orang untuk dapat melakukan permainan yang
melegenda ini. Namun, idealnya dibutuhkan 5 hingga 8 orang untuk bermain
kelereng. Cara bermain kelereng ada berbagai macam dan berbeda pada setiap
daerah. Kelereng merupakan favorit saya dikarenakan saya paling ahli dalam
permainan ini dibanding teman-teman. Sering sekali saya memenangkan permainan
dan mendapat kelereng milik teman. Semakin hari kelereng bertambah banyak, tak
jarang teman-teman yang kehabisan kelereng karena kalah membeli kepada saya dan
saya mendapatkan uang. Ini adalah perbuatan jelek yang tidak dapat dicontoh.
Kiranya bermain tanpa mengambil milik orang lain ketika kita menang itu lebih
baik.
Selain permainan di atas banyak permainan lain yang dulunya
sering dijumpai di kampung halaman saya seperti Congklak, Gasing, Kasti, Engklek, Lompat Tali
dan lain-lain. Sekarang, saya sangat
jarang menjumpai permainan tradisional tersebut. Kebanyakan anak sudah
mempunyai smartphone sendiri dan
asyik dengan permainan yang tidak mendidik, bahkan rela menghabiskan uang jajan
untuk hanya sekadar datang ke tempat playstation.
Disisi
lain permainan tradisional memiliki banyak manfaat yang mungkin belum
diketahui. Permainan tradisional baik untuk perkembangan fisik dan emosi anak
karena terlibat langsung dengan lingkungan sehingga dapat mempengaruhi tumbuh
kembang anak. Manfaatnya antara lain ; mengembangkan kecerdasan intelektual
pada anak, mengembangkan daya kreatifitas dan yang terpenting anak dapat
bersosialisasi dengan lingkungan.
Semua
insan khususnya orang tua sangat berperan pada apa yang dilakukan anaknya.
Hendaknya orang tua memberi edukasi, arahan dan contoh kepada anak agar tidak
terjerumus dalam sisi negatif modernisasi. Dewasa ini gadget merupakan komponen penting pembawa dampak buruk jika salah
dalam menggunakan. Kita sebagai generasi
muda agent of change yang pernah
mengalami masa dimana bermanfaatnya permainan tradisional harus menanamkan dan
menyebarkan budaya ini kepada generasi selanjutnya. Dengan begitu anak dapat tumbuh
dengan cerdas dan optimal melalui permainan tradisional.
DAFTAR PUSTAKA
CNN
Indonesia. 2017. Gadget Bikin Anak Tak
Lagi Main Permainan Tradisional
https://student.cnnindonesia.com/keluarga/20170520233917-436-216152/gadget-bikin-anak-tak-lagi-main-permainan-tradisional/ diakses pada tanggal 13 Februari 2018
Jeny.
2014. Cara Asik Bermain Kelereng
http://www.permainantradisional.com/2014/11/caraasyik-bermain-kelereng.html diakses pada tanggal 13 Februari
2018
Fatkhiyah,
Lulu. 2015. Terdapat Banyak Manfaat Dari Permainan Tradisional untuk
Perkembangan Anak https://www.kompasiana.com/fatchyblablabla/terdapat-banyak-manfaat-dari-permainan-tradisional-untuk-perkembangan-anak_5548578b547b618a16252543 diakses pada tanggal 14 Februari 2018
Windowsnesia.
2017. Permainan Kelereng dan Macam-macam
Cara Bermain Kelereng
https://windowsnesia.com/permainan-kelereng-macam-cara-bermain-kelereng/ diakses pada tanggal 14 Februari
2018
0 Response to " MOBILE LEGEND VS PETAK UMPET"
Posting Komentar